ï»żAsuhanKebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta : Salemba Medika. Hlm 110 68Op. Cit Hlm 13 69Op. Cit Hlm 15 70Walyani dan purwoastuti.2015.Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.Pustaka Baru.Yogjakkarta. Hal.2 71 Ibid.Hlm.1 72 Ibid.Hlm.2 73 Ibid.Hlm.65 74 Ibid.Hlm.79
Tujuan penulisan artikel ini adalah memberikan asuhan komprehensif dari masa kehamilan hingga nifas pada Ny. umur 22 tahun G3P1A1 di Puskesmas Sipatana. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dan jenis penelitian studi kasus. Pedoman observasi, wawancara dan studi dokumentasi dalam bentuk format Asuhan Kebidanan mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas sesuai dengan KEPMENKES Nomor 938/MenKes/SK/VII/2007. Hasil asuhan yang diberikan pada Ny. umur 22 tahun G3P1A1 mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir berjalan dengan lancar serta ibu dan bayi dalam keadaan normal. Berdasarkan hasil asuhan kebidanan continuity of care yang telah dilakukan pada Ny. diharapkan klien dapat menerapkan konseling yang telah diberikan selama dilakukan asuhan kebidanan sehingga kondisi ibu dan bayi tetap baik dan dapat mencegah terjadinya komplikasi hingga kematian. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jambura Health and Sport Journal Vol. 2, No. 2, Agustus 2020 p-ISSN 2654-718X, e-ISSN 2656-2863 68 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF COMPREHENSIVE MIDWIFERY CARE Yusni Podungge Jurusan Kebidanan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Gorontalo Kontak Penulis yusnipodungge31 ABSTRAK Tujuan penulisan artikel ini adalah memberikan asuhan komprehensif dari masa kehamilan hingga nifas pada Ny. umur 22 tahun G3P1A1 di Puskesmas Sipatana. Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dan jenis penelitian studi kasus. Pedoman observasi, wawancara dan studi dokumentasi dalam bentuk format Asuhan Kebidanan mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas sesuai dengan KEPMENKES Nomor 938/MenKes/SK/VII/2007. Hasil asuhan yang diberikan pada Ny. umur 22 tahun G3P1A1 mulai dari kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir berjalan dengan lancar serta ibu dan bayi dalam keadaan normal. Berdasarkan hasil asuhan kebidanan continuity of care yang telah dilakukan pada Ny. diharapkan klien dapat menerapkan konseling yang telah diberikan selama dilakukan asuhan kebidanan sehingga kondisi ibu dan bayi tetap baik dan dapat mencegah terjadinya komplikasi hingga kematian. Kata kunci continuity of care; normal ABSTRACT The purpose of writing this article is to provide comprehensive care from pregnancy to childbirth to Mrs. 22 years old G3P1A1 in the Sipatana Health Center. The research design used is descriptive and type of case study research. Guidelines for observation, interviews and documentation studies in the form of Midwifery Care format starting from pregnancy, childbirth, newborns and childbirth in accordance with KEPMENKES Number 938 / MenKes / SK / VII / 2007. The results of care given to Mrs. 22 years old G3P1A1 starting from pregnancy, childbirth, childbirth, and newborns running smoothly and the mother and baby in normal circumstances. Based on the results of continuity of care midwifery care that has been done on Ny. is expected that clients can apply counseling that has been given during midwifery care so that the condition of the mother and baby remain good and can prevent complications until death. Keywords continuity of care; normal 69 PENDAHULUAN Menurut Ketua Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health ICIFPRH, hingga tahun 2019 Angka Kematian Ibu AKI Indonesia masih tetap tinggi, yaitu 305 per kelahiran hidup. Padahal, target AKI Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per kelahiran hidup. Tingginya AKI merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi Indonesia sehingga menjadi salah satu komitmen prioritas nasional, yaitu mengurangi kematian ibu saat hamil dan melahirkan. Penyebab kematian ibu di Indonesia yang terbanyak yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan lain-lain. Penyebab AKI akibat perdarahan 31%, Hipertensi dalam kehamilan 26%, dan lain-lain 28%. Target Sustainable Development Goals SDGs global, penurunan AKI menjadi kurang dari 70 per kelahiran hidup pada tahun 2030 Kementrian Kesehatan RI, 2018. AKI berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pada tahun 2017 yakni 44 kasus, angka ini menurun pada tahun 2018 AKI di Provinsi Gorontalo yakni 29 kasus. Penyebab kematian ibu tertinggi di Provinsi Gorontalo yaitu perdarahan sebanyak 13 kasus, hipertensi 5 kasus, infeksi 1 kasus, abortus 1 kasus dan lain-lain 24 kasus Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2018. Angka Kematian Bayi AKB berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pada tahun 2017, yakni 178 kasus, angka ini meningkat pada tahun 2018 AKB di Provinsi Gorontalo yakni 248 kasus. Penyebab kematian tertinggi pada bayi adalah Berat Badan Lahir Rendah BBLR sebanyak 56 kasus, asfiksia 56 kasus Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2018. Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Sipatana tahun 2018 AKI sebanyak 1 kasus yaitu ibu nifas yang disebabkan akibat pre eklampsia berat, angka kematian bayi dan neonatal sebanyak 10 kasus yang disebabkan oleh asfiksia, berat badan lahir rendah, pneumonia, dan kelainan kongenital. Sementara itu jumlah ibu hamil sebanyak 427 ibu hamil, cakupan K1 yang melakukan kunjungan pertama ke fasilitas kesehatan sebanyak 79,2%, serta cakupan K4 yang melakukan kunjungan 4 kali dalam kehamilan di fasilitas kesehatan sebesar 75,4%, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan NAKES sebesar 82,1%, tidak ada persalinan yang ditolong oleh dukun, serta jumlah neonatus sebanyak 389 dan untuk jumlah bayi sebanyak 393 Data Puskesmas Sipatana, 2018. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB disarankan bahwa petugas kesehatan diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi obstetrik dan neonatal, seperti asfiksia, kelainan kongenital, penyakit penyerta lainnya pada bayi dan hipertensi dalam kehamilan dan nifas. Saat ibu hamil dilakukan pemantauan secara ketat yaitu dengan melakukan Antenatal Care ANC tepat waktu dan lengkap pada ibu hamil termasuk pemberian tablet Fe kalsium kepada ibu dan memonitornya melalui petugas surveilance kesehatan ibu dan anak KIA Kusumawardani & Handayani, 2018. Pentingnya penelitian ini dikarenakan banyaknya angka kematian ibu dan bayi yang terjadi di Provinsi Gorontalo pada tahun 2017. Harapannya, agar penelitian ini sebagai motivasi untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan masih banyaknya ibu yang melahirkan tanpa pertolongan dari tenaga kesehatan setempat. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan studi penelaan kasus Case Study. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Sipatana, mulai tanggal 24 Desember 2019 sampai dengan 14 Februari 2020. Sampel penelitian ini yaitu Ny. umur 22 70 tahun. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman observasi, wawancara dan studi dokumentasi dalam bentuk format Asuhan Kebidanan sesuai dengan KEPMENKES Nomor 938/MenKes/SK/VII/2007, mulai dari masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan adalah sesuai prosedur asuhan kebidanan. HASIL PENELITIAN 1. Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. umur 22 tahun, G3P1A1 di Puskesmas Sipatana telah sesuai dengan standar asuhan kebidanan. Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 26 Desember 2019, Ny. mengalami ketidaknyamanan sering buang air kecil pada malam hari, sehingga membuat ibu susah tidur. Dilakukan pemeriksaan secara keseluruhan yaitu pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan antropometri, dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. Upaya yang dilakukan adalah edukasi tentang ketidaknyamanan yang dialaminya merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan trimester III. Bidan memberikan konseling untuk mengurangi minum di malam hari dan memperbanyak di siang hari. Istirahat dan tidur yang cukup, yaitu istirahat siang 1-2 jam dan pada malam hari 6-8 jam. Memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat, lemak dan mengonsumsi makanan tinggi protein. Menerapkan perilaku personal hygiene yang baik dan benar, terutama pada saat membersihkan alat genetaliannya dengan cara cebok dimulai dari depan ke belakang dan lap menggunakan handuk kering dan mengganti pakaian dalam yang lembab. Kemudian mengajarkan senam hamil sebagai latihan teknik relaksasi nafas dan menyiapkan kondisi ibu agar siap menghadapi persalinan. 2. Asuhan kebidanan persalinan dilakukan saat usia gestasi aterm yaitu 39-40 minggu. Pada tanggal 02 Januari 2020 jam WITA, Ny mulai merasakan nyeri perut sampai ke pinggang disertai pelepasan lender dan darah serta merasa cemas menghadapi proses persalinan. Asuhan yang diberikan yaitu pada saat kontraksi mengajarkan teknik relaksasi pernapasan dan memberikan konseling pada suami dan keluarga untuk memberikan support dan dukungan yaitu memberikan doa, motivasi dan mengurangi rasa nyeri dengan memberikan pijatan ringan pada pinggang. Menganjurkan pasien untuk makan dan minum agar memiliki tenaga saat mengeden dan memperhatikan kebersihan diri. Persalinan kala I berlangsung selama ±6 jam, kala II berlangsung selama 11 menit, kala III berlangsung selama 09 menit dan kala IV dilakukan pengawasan selama 2 jam. Ibu melahirkan secara normal tanpa ada komplikasi dan penyulit pada ibu dan bayi. Asuhan yang diberikan sesuai dengan standar Asuhan Persalinan Normal APN. 3. Asuhan kebidanan bayi baru lahir yaitu mengeringkan badan bayi sambil melakukan penilaian sepintas terhadap warna kulit, pernafasan dan pergerakan. Dilanjutkan dengan pengguntingan tali pusar dan Inisiasi Menyusu Dini IMD. Setelah pengawasan kala IV dan IMD berhasil, dilakukan asuhan pada bayi baru lahir berupa pemeriksaan antropometri, pemeriksaan fisik, pemberian salep mata, penyuntikkan vit. K dan imunisasi Hb O. Jenis kelamin laki-laki, berat badan gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm, tidak terdapat tanda-tanda cacat bawaan dan kelaianan pada bayi. Kunjungan nenonatus dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu kunjungan I K1 memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir, memandikan bayi, perawatan tali pusat, dan memberikan support agar ibu memberikan ASI ekslusif. Kunjungan K2 mengingatkan kembali pada Ny untuk memberikan ASI ekslusif pada bayinya. Kunjungan K3 menganjurkan untuk ke Posyandu 71 untuk memperoleh imunisasi dan memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi. Selama asuhan nenonatus, bayi dalam keadaan normal, tali pusat hari ke lima. 4. Asuhan kebidanan pada masa nifas dilakukan sesuai standar asuhan kebidanan. Saat 6 jam postpartum, ibu mengeluh merasakan sedikit nyeri dibagian perineum, maka dianjurkan untuk melakukan latihan kaegel, membasuh perineum dengan air bersih dan sering mengganti pembalut dan pakaian dalam. Pemantauan berikutnya, dilakukan kunjungan rumah dan pemeriksaan vital sign, pengawasan involusi melalui pemeriksaan tinggi fundus uteri, kontraksi dan lochea kemudian dilanjutkan dengan konseling tentang pola pemenuhan nutrisi, cairan, istirahat, eliminasi, personal hygiene, ASI ekslusif, senam nifas, serta keluarga berencana KB. Selama dilakukan kunjungan tidak ditemukan komplikasi dan penyulit yang dialami Ny. Involusi uterus berjalan dengan normal tanpa ada komplikasi yang menyetai selama masa nifas, kontraksi baik, tidak ada perdarahan abnormal, ASI keluar lancar, pengeluaran lochea normal. PEMBAHASAN 1. Asuhan kebidanan kehamilan Saat dilakukan kunjungan rumah, Ny. mengeluh sering Buang Air Kecil BAK terutama pada malam hari yang menyebabkan ibu susah tidur Insomnia. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pilliteri, 2010, sering BAK terjadi karena perubahan adaptasi fisiologis dan psikologis, pertumbuhan janin yang sudah sedemikian membesar dan menekan kandung kemih ibu, akibatnya kapasitas kandung kemih jadi terbatas sehingga ibu sering ingin buang air kecil Marwiyah & Sufi, 2018. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Dewi & Sunarsih, 2012, ketidaknyamanan sering buang air kecil yang dirasakan oleh ibu hamil trimester III secara fisiologis disebabkan karena ginjal bekerja lebih berat dari biasanya, karena organ tersebut harus menyaring volume darah lebih banyak dibanding sebelum hamil. Proses penyaringan tersebut kemudian menghasilkan lebih banyak urine. Kemudian janin dan plasenta yang membesar juga memberikan tekanan pada kandung kemih, sehingga menjadikan ibu hamil harus sering ke kamar kecil untuk buang air kecil Megasari, 2019. Gangguan tidur yang dirasakan oleh ibu dikarenakan sering terbangun untuk buang air kecil terutama pada malam hari. Dalam hasil penelitian Field mengatakan ibu hamil yang mengalami mengalami insomnia dapat meningkatkan tekanan darah, Hal ini di karenakan pada saat stressor datang disebabkan oleh gangguan tidur, maka hormon norepinefrin dan epinefrin disekresikan oleh kelenjar medulla adrenal dan efek dari perangsangannya yaitu langsung pada organ-organ spesifik seperti pembuluh darah dan jantung. Kedua hormon tersebut langsung membuat pembuluh darah setiap jaringan akan mengalami vasokontriksi sehingga membuat tahanan perifer meningkat yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan meningkatnya tekanan darah ibu, meningkatkan resiko kehamilan bayi premature Bustami et al, 2017. Selain itu, menurut Susanti & Herdiana, 2019 ibu hamil yang mengalami gangguan tidur akan menjadi lebih lamban menghadapi rangsangan dan sulit berkonsentrasi, dampak gangguan pola tidur jika terjadi secara berkepanjangan selama kehamilan maka dikhawatirkan terjadi pertumbuhan janin terhambat, dimana janin yang berkembang di rahim ibu membutuhkan asupan nutrisi dan oksigen, namun aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen ini dapat mengalami gangguan ketika ibu mempunyai masalah saat tidur. Karena nutrisi dan oksigen yang diterima janin tidak mencukupi kebutuhannya, maka kemudian hal 72 ini dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin sehingga bayi yang akan dilahirkan memiliki Berat Badan Lahir Rendah BBLR Marwiyah & Sufi, 2018. Kualitas tidur yang tidak terpenuhi, sehingga timbulnya rasa tidak nyaman, bangun tidur di pagi hari dengan suasana yang tidak menyenangkan yang dapat menyebabkan stres ringan pada ibu dan bila ini terjadi secara berkepanjangan selama kehamilan maka dikhawatirkan perkembangan saraf pada janin akan tidak seimbang dan melemahnya sistem kekebalan tubuh bayi Marwiyah & Sufi, 2018. Berdasarkan trianggulasi data yang diperoleh dari buku KIA usia kehamilan ibu dalam masa cukup bulan, hasil pemeriksaan tekanan darah selama hamil dalam batas normal tidak mengalami peningkatan. Untuk hasil pemeriksaan Leopold taksiran berat badan janin yaitu gram, dalam batas normal. Terdapat kesenjangan terhadap teori yang dijelaskan bahwa ibu yang mengalami gangguan tidur dapat berdampak pada janin yaitu bisa menyebabkan bayi lahir dengan berat lahir rendah, tetapi sesuai pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa taksiran bayi dalam batas normal. Keluhan tersebut dapat teratasi dengan memberikan beberapa metode, seperti menentukan posisi yang baik dan nyaman saat tidur yaitu dengan posisi miring kiri, posisi ini memungkinkan aliran darah tidak dapat menekan vena cava inferior dan nutrisi berjalan dengan lancar, sehingga mampu memenuhi kebutuhan janin, sebaliknya apabila tidur menghadap ke kanan dapat menghambat oksigen dan nutrisi ke plasenta yang dapat membuat janin kekurangan asupan penting tersebut. Latihan relaksasi dasar dengan senam hamil dapat berdampak positif untuk mengatasi gangguan tidur, dalam gerakan senam hamil terkandung efek relaksasi yang bermanfaat menstabilkan kecemasan dan mengurangi rasa takut dengan cara relaksasi fisik dan mental. Senam hamil merupakan suatu usaha untuk mencapai kondisi yang optimal dalam mempersiapkan proses persalinan dengan latihan-latihan bagi ibu hamil. Senam hamil juga disebut suatu metode yang penting untuk mempertahankan atau memperbaiki keseimbangan fisik terhadap calon ibu. Hasilnya setelah melakukan senam ibu hamil beberapa kali sudah dapat memberikan rasa nyaman pada ibu dan dapat menstabilkan gangguan tidur yang dirasakan walaupun tidak sepenuhnya teratasi. Berdasarkan penelitian Mardianti, 2018 senam hamil dapat meningkatkan produksi hemoglobin, gerakan pada senam hamil menyebabkan peredaran darah dalam tubuh akan meningkat dan oksigen yang diangkut ke otot-otot dan jaringan tubuh bertambah banyak. Gerakan senam hamil dapat meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan perubahan tekanan darah dan menyebabkan perubahan tekanan osmotik intramuskuler sehingga mendorong air dari kompartemen vaskuler ke ruang interstitial sehingga volume plasma turun dan secara otomatis menaikkan kadar hemoglobin. 2. Asuhan kebidanan persalinan Ibu mengeluh sakit perut melingkar sampai pinggang sejak jam WITA dan didapatkan hasil pemeriksaan fisik dalam keadaan normal. Saat memasuki proses persalinan, usia kehamilan Ny yaitu 39-40 minggu. Persalinan normal eutosia adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan aterm, pada janin letak memanjang presentasi belakang kepala yang di susul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran ini berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan pertolongan buatan dan tanpa komplikasi Nurhayati, 2019. Keluhan yang dialami oleh Ny merupakan tanda-tanda akan bersalin, yaitu ditandai dengan terjadinya his persalinan dengan pinggang terasa sakit yang menjalar ke 73 depan, adanya pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina, pengeluaran cairan akibat pecahnya ketuban Nurasiah et al, 2014. Selain itu, Ny mengeluh sedikit merasakan cemas karena akan menghadapi proses persalinan. Cemas yang dirasakan oleh Ny dipengaruhi karena jarak persalinan sebelumnya cukup jauh yaitu 6 tahun, dimana sesuai teori yang ada yaitu ibu hamil yang jarak persalinannya 5 tahun yang lalu seolah-olah menghadapi kehamilan atau persalinan yang pertama lagi Ditaningtias et al, 2015. Sehingga, ibu sudah lupa bagaimana perasaan saat akan menjalani persalinan sebelumnya. Asuhan yang diberikan pada Ny dengan inpartu kala I seperti tekhnik relaksasi pernafasan yaitu meminta ibu untuk menarik nafas dalam melalui hidung dan menghembuskan perlahan melalui mulut ini dilakukan apabila ibu merasakan adanya nyeri kontraksi, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tam- suri menyatakan bahwa metode relaksasi adalah salah satu metode non-farmakologi yang efektif untuk menurunkan nyeri persalinan. Metode relaksasi yang dilakukan secara benar pada ibu bersalin yang mengalami nyeri kontraksi memang memberikan pengaruh terhadap respons fisiologis nyeri persalinan. Hal ini disebabkan oleh efek dari metode relaksasi, yaitu menimbulkan kondisi rileks, mereka dapat melepaskan ketegangan otot, menghilangkan stres, dan memberikan perasaan nyaman pada ibu. Dukungan dari bidan sangat berpengaruh terhadap psikis ibu. Ketika seseorang dalam kondisi rileks, ketakutan kecemasan akan mereda dan diikuti oleh respons tubuh, sehingga ibu mampu mengendalikan diri dalam menghadapi nyeri kontraksi yang ada Nurhayani & Rosanty, 2015. Pada kala I juga ini Asuhan yang diberikan yaitu menganjurkan baik suami atau keluarga pasien mendampinginya dengan memberikan dukungan pada ibu, menurut Hilmansyah dalam Puspitasari 2019 bahwa dukungan yang baik akan membantu ibu menurunkan rasa nyeri yang diderita. Dalam kondisi relaks, tubuh akan memproduksi hormon bahagia yang disebut endorphin yang akan menekan hormon stresor sehingga rasa nyeri yang dirasakan akan berkurang Puspitasari, 2019. Dukungan diberikan oleh suami akan membuat ibu lebih nyaman dan lebih menikmati setiap perjalanan persalinan, semakin ibu menikmati proses persalinan maka ibu akan merasa lebih relaks akibatnya ibu tidak lagi terfokus pada rasa nyeri persalinan, sehingga nyeri persalinan tidak lagi terasa, selain itu juga, dukungan dari suami dapat ditunjukkan dengan berbagai cara seperti memberikan ketenangan pada istri, memberikan sentuhan, mengungkapkan kata-kata yang memacu motivasi istri untuk menjalani proses persalinan Puspitasari, 2019. Keberadaan pendamping akan membawa dampak yang baik pada proses persalinan karena dapat memberikan dukungan, semangat, dan rasa aman. Support system yang diberikan kepada ibu menjelang persalinan sangat mendukung dalam menurunkan tingkat kecemasan pada ibu dalam berlangsungnya persalinan. Keuntungan pendamping persalinan oleh keluarga dapat mengurangi rasa cemas, mempermudah atau mempercepat proses persalinan serta dapat menghindari komplikasi-komplikasi pada persalinan, dapat mengurangi nilai skor Appearance, Pulse, Grimance, Activity, Respiration APGAR < 7 pada bayi baru lahir sehingga menghindari bayi asfiksia. Dengan pendampingan keluarga waktu yang di butuhkan dalam menghadapi persalinan semakin pendek, kepuasan ibu semakin meningkat dalam pengalaman melahirkan, persalinan yang diakhiri dengan vacuum ekstraksi, fosceps, dan secsio cesaria semakin menurun Setiyowati & Mursini, 2017. Pada saat kala I ibu melakukan teknik relaksasi sesuai yang dianjurkan secara benar dengan didampingi oleh suami dan orang tua sehingga ibu dapat merasa sedikit lega dan tenang dalam menghadapi proses persalinan. 74 Kala II berlangsung selama 11 menit, sesuai dengan teori yaitu proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara Nurasiah et al, 2014. Saat kala II ibu dianjurkan mengedan dengan posisi baring miring kiri untuk mempercepat penurunan kepala janin. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Aisyah, 2015, posisi berbaring miring kekiri memberikan kemudahan bagi ibu untuk istirahat diantara kontraksi jika ibu mengalami kelelahan, dan mengurangi risiko terjadinya laserasi perineum Sukarta & Rosmawaty, 2019. Pada saat kala II berlangsung dengan cepat dan tidak ada masalah atau komplikasi yang timbul. Kala III berlangsung selama 9 menit yaitu terhitung dari bayi lahir pada pukul 2211 wita hingga pukul 2220 Wita. Hal ini sesuai dengan teori yaitu Kala tiga juga disebut sebagai kala uri, yang biasanya berlangsung antara 5-15 menit Ekayanthi, 2019. Lama kala III lebih singkat, jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan postpartum, hal ini dikarenakan dilakukan manajemen aktif kala III sesuai dengan teori yaitu Pemberian oksitosin atau uterotonika segera mungkin, melakukan penegangan tali pusat terkendali PTT, rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri Walyani & Purwoastuti, 2016. Hasilnya plasenta lahir lengkap dan asuhan yang dilakukan sesuai dengan teori. Pada kala IV dilakukan pemantauan kontraksi uterus, perdarahan, nadi, tinggi fundus uterus, kontraksi uterus, kandung kemih pada 1 jam pertama dilakukan pemantauan setiap 15 menit dan pada jam kedua dilakukan pemantauan persalinan setiap 30 menit. Lama persalinan Ny mulai dari kala I sampai kala IV yaitu ±6 jam waktu ini cukup singkat saat persalinan, dikarenakan saat hamil ibu diajarkan dan dianjurkan rutin untuk melakukan senam hamil, dimana senam hamil merupakan suatu program latihan bagi ibu sehat untuk mempersiapkan kondisi fisik ibu dengan menjaga kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses persalinan sehingga otot-otot akan terbentuk dan kuat dibandingkan dengan ibu yang jarang ataupun tidak pernah mengikuti senam hamil. Serta metode penting untuk mempertahankan atau memperbaiki keseimbangan fisik ibu hamil dan merupakan terapi latihan yang diberikan pada ibu hamil dengan tujuan mencapai persalian yang cepat, mudah dan aman Rusmini et al, 2017. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aulia, 2010 menunjukkan bahwa ibu hamil yang melakukan senam hamil rutin dan durasi 30 menit terbukti menjalani persalinan yang lebih singkat dan sedikit diberikan intervensi serta masa pemulihan cepat 0,419 dibandingkan dengan ibu hamil yang frekuensi senam kurang melakukan senam hamil Tandiono & Listyaningrum, 2017. 3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Asuhan utama pada bayi baru lahir adalah menjaga agar tubuh bayi tetap dalam keadaan hangat, dengan cara keringkan bayi dari sisa-sisa air ketuban, dimulai dari kepala, seluruh badan dan ekstrimitas bayi. Kemudian jepit tali pusat dengan menggunakan klem sekitar 2 cm dari pusar bayi lalu dorong isi tali pusat dan jepit klem kedua sekitar 2-3 cm dari klem pertama, kemudian potong tali pusat. Lanjutkan dengan IMD selama 1 jam. Proses IMD dapat menurunkan angka kematian ibu. Rangsangan isapan bayi pada putting susu ibu akan diteruskan oleh serabut ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Hormon oksitosin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus dimana saat menyusui terjadi rangsangan dan dikeluarkannya hormon antara lain oksitosin yang berfungsi selain merangsang kontraksi otot-otot polos payudara, juga menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus. oksitosin 75 mempunyai peranan penting dalam merangsang kontraksi otot polos uterus sehingga perdarahan dapat teratasi Pawestri & Khayati, 2017. IMD juga dapat menurunkan angka kematian bayi yaitu mencegah hipotermia karena dapat meningkatkan suhu bayi. Sentuhan skin to skin pada dada ibu dapat menghangatkan bayi dan selama bayi merangkak mencari payudara dapat mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai sumber antibodi bayi Kaban, 2017. 4. Asuhan kebidanan Masa Nifas dan Konseling KB Kunjungan masa nifas dilakukan sebanyak 4 kali, jadwal kunjungan tersebut adalah dalam 6-8 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu Marmi, 2017. Pada pemantauan 6 jam postpartum, Ny mengatakan masih merasakan sedikit nyeri pada perineum, diberikan asuhan berupa perawatan perineum yaitu dengan cara merawat dan menjaga perineum tetap selalu bersih dan kering serta membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang itu akan membuat proses penyembuhan luka akan cepat sembuh. Kebersihan diri membantu mengurangi sumber infeksi dan akan membuat rasa nyaman. Perawatan perineum melalui personal hygiene bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya infeksi Tulas et al, 2017. Selama melakukan kunjungan edukasi pola pemenuhan nutrisi, istirahat, cara menyusui yang baik dan benar, perawatan payudara, perawatan bayi baru lahir, tanda-tanda bahaya pada masa nifas dan memberikan konseling tentang alat-alat kontrasepsi sesuai kebutuhan ibu. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Marmi, 2017. Pada saat kunjungan nifas ke lima, Ny dianjurkkan melakukan senam nifas, dimana senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul, dan perut Ineke et al, 2016. Asuhan kebidanan komprehensif yang dilakukan menyebabkan ibu dapat menjalani masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana secara normal, tanpa ada masalah, penyulit dan komplikasi. Dukungan keluarga terutama support suami menjadi factor penentu keberhasilan asuhan. Untuk itu, dalam setiap asuhan, bidan sebaiknya menjalin kerjasama dengan keluarga dan masyarakat agar kesehatan ibu dalam menjalami masa obstetrik, menjadi prioritas bersama. KESIMPULAN Asuhan kebidanan kehamilan dilakukan 5 kali kunjungan dan selama asuhan tidak terdapat penyulit dan komplikasi. Asuhan kebidanan persalinan yakni melakukan pertolongan sesuai standar asuhan persalinan normal APN sehingga seluruh tahapan tidak terdapat penyulit dan komplikasi. Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dilakukan sesuai standar asuhan kebidanan. Selama pemantauan tidak ditemukan adanya penyulit, komplikasi dan tanda bahaya pada bayi. Asuhan kebidanan pada masa nifas dilakukan mulai dari 6 jam sampai dengan 6 minggu postpartum, masa nifas berjalan dengan lancar, involusi terjadi secara normal, tidak terdapat komplikasi dan ibu tampak sehat dan pasien memilih menggunakan alat kontrasepsi implant sebagai alat kontrapsesinya. Hendaknya bidan melakukan pelayanan continuity of care atau asuhan kebidanan komprehensif, secara berkesinambungan, dimulai sejak kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan keluarga berencana agar dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi. 76 REFERENSI Aisyah, S. 2015. Hubungan Usia dan Pekerjaan Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Inkompletus di RS Haji Medan Tahun 2015. Jurnal Bidan Delima, 4. 1-9. Bustami, L, E., Nurdiyan, A., Yulizawati., Iryani, D., Fitrayeni., & Insani, A, A. 2016. Pengaruh Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil dengan Kejadian Preeklamsia. Journal of Midwifery, 11. 35-44. Data Puskesmas Sipatana. 2018. Profil Puskesmas Sipatana. Gorontalo Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo. Dewi, V. N. L. & Sunarsih, T. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta Salemba Medika. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. 2018. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo 2018 Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. Gorontalo Dinkes Provinsi Gorontalo. Ditaningtias, S., Sulistiyono, A., & Indawati, R. 2015. Anemia sebagai Faktor Risiko Peningkatan Skor Kehamilan Berdasarkan Kartu Skor Poedji Rochjati. Jurnal Obstetri & Ginekologi, 323, 90â96. Ekayanti, L, P, M. 2019. Asuhan Kebidanan pada Ibu âNâ Umur 23 Tahun Primigravida dari Kehamilan Trimester III Sampai 42 Hari Masa Nifas. Repository Poltekes Denpasar. Denpasar Kemenkes RI, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Kebidanan. Ineke., Ani, M., & Sumarni, S. 2016. Pengaruh Senam Nifas Terhadap Tinggi Fundus Uteri dan Jenis Lochea pada Primipara. Jurnal Ilmiah Bidan, 13, 45â54. Kaban, N, H. 2017. Inisiasi Menyusui Dini. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 152, 36â45. Kementrian Kesehatan RI. 2018. Peran Rumah Sakit Dalam Rangka Menurunkan AKI dan AKB. Jakarta Kementrian Kesehatan RI. Kusumawardani, A., & Handayani, S. 2018. Karakteristik Ibu dan Faktor Risiko Kejadian Kematian Bayi di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Promosi Kesehatan, 132, 168â169. Mardianti. 2018. Pengaruh Senam Hamil terhadap Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Rengasdengklok Karawang. Jurnal Kebidanan Indonesia, 91. 35-50. Marmi. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas âPuerperium Careâ. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Marwiyah, N., & Sufi, F. 2018. Pengaruh Senam Hamil Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trimester II dan III di Kelurahan Margaluyu. Faletehan Health Journal, 53, 123â128. Megasari, K. 2019. Asuhan Kebidanan pada Trimester III dengan Ketidaknyamanan Sering Buang Air Kecil. Jurnal Komunikasi Kesehatan, 102, 36â42. Nurasiah, A., Rukmawati, A., & Badriah, D, L. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung Refika Aditama. Nurhayani, S., & Rosanty, A. 2015. Efektivitas Relaksasi Napas Dalam Terhadap Tingkat Nyeri Kontraksi Uterus Kala I Aktif pada Persalinan Normal. Jurnal Keperawatan Pooliteknik Kesehatan, 113, 184â188. Nurhayati, E. 2019. Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta PT Pustaka Baru. 77 Pawestri, & Khayati, N. 2017. Pengaruh IMD dengan Perdarahan Ibu 2 Jam Postpartum di Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 21, 283â285. Puspitasari, E. 2019. Hubungan Dukungan Suami dan keluarga dengan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I. Jurnal Kesehatan, 122, 119â122. Rusmini., Latifah, U., & Agustina, T, A. 2017. Hubungan Antara Keikutsertaan Senam Hamil Dengan Ketepatan Waktu Proses Persalinan Kala II Di Klinik As Syifa Suradadi Kabupaten Tegal. Jurnal Siklus, 61, 203â206. Setiyowati, W., & Mursini. 2017. Hubungan Pendampingan Keluarga dengan Lama Proses Persalinan Kala I Di Puskesmas Karangdoro Kota Semarang. Jurnal Kebidanan, 62, 74â79. Sukarta, A., & Rosmawaty. 2019. Pengaruh Posisi Mengeden Terhadap Lama Kala II Persalinan di Rumah Sakit X Tahun 2018. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah, 151, 91â97. Susanti, E., & Herdiana, D. 2019. Pengaruh Senam Hamil terhadap Durasi Tidur Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Kesehatan, 103. 183-186. Tandiono, E. T., & Listyaningrum, T. H. 2017. Hubungan Senam Hamil dengan Lama Proses Persalinan Kala I & II pada Ibu Hamil Primigravida di RSIA Sakina Idaman Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Sehat, 212. Tulas, V, D, P., Kundre, R., & Bataha, Y. 2017. Hubungan Perawatan Luka Perineum dengan Perilaku Personal Hygiene Ibu Post Partum di Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Manado. Jurnal Keperawatan, 51. 1-9. Walyani, & Purwoastuti. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta Pustaka Baru Press. ... Mengenai anemia pada ibu hamil di Indonesia diketahui mencapai nilai dimana nilai ini di atas batas prevelansi anemia yaitu 40% Afrilia & Sari, 2018. Selain itu, Angka Kematian Ibu AKI di Indonesia juga masih cukup tinggi sebagaimana yang disampaikan oleh Komite Ilmiah International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health ICIFPRH sehingga para petugas harus mampu mencegahnya supaya tidak terus terjadi peningkatan AKI dan AKB Angka Kematian Bayi Podungge, 2020 Untuk mengatasi hal tersebut salah satu cara yang dianggap dapat dilakukan ialah melalui manajemen asuhan kebidanan Antenatal yang dilaksanakan secara kontinyu atau berkelanjutan A. Sulistyawati, 2022. ...Maria Magdalena Mue JuwaPendahuluan Kondisi kehamilan antara satu wanita dengan wanita lain tentu berbeda-beda. Salah satunya pada aspek kesehatan ibu hamil seperti anemia atau sering disebut sebagai tekanan darah rendah. Anemia memiliki dampak yang cukup buruk pada proses kehamilan termasuk pada trimester pertama dimana risiko terjadinya abortus cukup tinggi. Oleh karena itu, mengingat anemia memberikan dampak yang negatif bagi ibu hamil dan janin perlu dilakukan adanya asuhan kebidanan antenatal. Hal ini yang mendasari peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai manajemen asuhan kebidanan antenatal dengan anemia pada trimester 1. Tujuan Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dampak dari adanya manajemen asuhan kebidanan antenatal dengan anemia pada kehamilan trimester 1. Metode Metode penelitian yang digunakan ialah kualitatif melalui studi kepustakaan pada beragam jurnal, buku, media terkait dengan tujuan penelitian dimana data yang terkumpul dianalisis secara mendalam. Hasil Hasil penelitian bahwa manajemen asuhan kebidanan Antenatal dimulai dari diagnosa masalah aktual dan potensial, kemudian identifikasi tindakan, menetapkan rencana tindakan asuhan dan evaluasi diketahui memberikan dampak positif dimana ibu hamil pada trimester 1 dapat kembali berada pada kepemilikan hemoglobin yang normal dimana hal ini dapat meminimalisir adanya dampak negatif dari anemia. Kesimpulan Manajemen asuhan kebidanan antenatal ini dilakukan secara teliti dimulai dari mendiagnosa masalah baik aktual ataupun faktual, mekakukan identifikasi atas tindakan yang akan dilakukan, membuat rencana tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan kondisi pasien, dan melakukan evaluasi untuk mengetahui berhasil atau tidaknya upaya yang dilakukan... Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB dibutuhkan peran serta petugas kesehatan untuk mencegah terjadinya masalah maupun komplikasi selama kehamilan hingga persalinan hingga terjadinya masalah pada asfiksia, kelainan kongenital dan penyakit penyerta lainnya Podungge, 2020. Saat ibu hamil dilakukan pemantauan secara ketat yaitu dengan melakukan Antenatal Care ANC tepat waktu dan lengkap pada ibu hamil termasuk pemberian tablet Fe kalsium kepada ibu dan memonitornya melalui petugas surveilans kesehatan ibu dan anak KIA Kusumawardani, A., & Handayani, 2018 ... Ruwayda RuwaydaDefirson DefirsonMKJP merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang sesuai dengan keadaan pandemi dimana mengurangi kontak secara rutin dengan petugas kesehatan. Akan tetapi, penggunaan KB MKJP yaitu IUD di bulan Februari 2020 sebanyak akseptor turun menjadi akseptor di bulan Maret 2020. Sedangkan untuk alat kontrasepsi Implan juga menurun dari akseptor di bulan Februari menjadi akseptor di bulan Maret. Proporsi MKJP yang rendah tidak hanya secara nasional tetapi juga terjadi di Provinsi Jambi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektiftas penggunaan diagram putar dan buku saku MKJP terhadap pengetahuan akseptor. Metode penelitian quasi eksperimen dengan rancangan Two Group Pretest Posttest Penelitian dilaksanakan Januari-September 2021 Populasi semua akseptor KB yang berkunjung ke Puskesmas Putri Ayu tahun 2021. Data diperoleh melalui kuesioner pre test dan post test. Hasil penelitian ini menunjukkan sebelum penggunaan diagram putar dan buku saku MKJP sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang dan sesudah penggunaan memiliki pengetahuan yang baik. Tidak ada perbedaan efektivitas penggunaan diagram putar dan buku saku MKJP terhadap Pengetahuan Akseptor karena kedua intervensi memiliki nilai p 0,000 0,05. Disarankan melakukan promosi kesehatan menggunakan diagram putar dan buku saku MKJP untuk meningkatkan keikutsertaan Pasangan Usia SusantiDina HerdianaGangguan pola tidur pada ibu hamil sering dirasakan saat kehamilan trimester III, hal tersebut terjadi karena perubahan adaptasi fisiologis dan psikologis, perubahan fisiologis yang dialami ibu hamil, dikarenakan bertambahnya usia kehamilan seperti pembesaran perut, perubahan anatomis dan perubahan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam hamil terhadap durasi tidur ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi. Desain penelitian ini adalah praeksperiment pre test dan post test menggunakan rancangan one group pre test post test. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 10 responden dari 46 populasi dengan menggunakan Accidental sampling. Pengumpulandata dengan menggunakan lembar observasi kemudian analisis dengan yang digunakan adalah lembar Observasi, waktu penelitian dilakukan pada tanggal 20 agustus 2019 s/d 8 september 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan senam hamil dengan ratarata dan setelah diberikan senam hamil dengan rata-rata . Pada uji wilcoxon didapatkan hasil bahwa p=0,004, dimana p0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh senam hamil terhadap durasi tidur ibu hamil trimester III di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh Kota Bukittinggi tahun 2019. Disarankan pada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti tentang faktor âfaktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan durasi tidur pada ibu hamil trimester PuspitasariWanita dalam persalinan kala I didapatkan bahwa 60% primipara melukiskan nyeri akibat kontraksi uterus sangat hebat, 30% nyeri sedang. Pada multipara 45% nyeri hebat, 30% nyeri sedang, 25% nyeri ringan. Dukungan suami dan keluarga merupakan faktor eksternal dari support system dapat membantu mengurangi nyeri persalinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan suami dan keluarga terhadap intensitas nyeri persalinan kala I. Desain penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Analisa bivariat menggunakan uji statistik Spearman. Hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan antara dukungan suami dan keluarga dengan intensitas nyeri persalinan Kala I dibuktikan dengan p-value < 0,05 0,018. Nilai koefisien korelasi -0,396 menunjukkan hubungan yang negatif dimana semakin tinggi dukungan suami dan keluarga maka semakin rendah intensitas nyeri persalinan yang dirasakan oleh ibu bersalin. Saran bagi bidan yang bertugas di ruang bersalin khususnya diharapkan dapat memberikan asuhan manajemen nyeri persalinan lebih variatif sehingga ibu bersalin dapat terbantu menemukan koping nyeri yang SukartaRosmawaty RosmawatyPenelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh posisi mengedan terhadap lama kala II persalinan. Jenis Penelitian ini menggunakan survey observasional analitik dengan menggunakan cross sectional study. Responden yang menjadi sampel penelitian adalah ibu bersalin normal. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan lembar observasi partograf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin dengan posisi mengedan setengah duduk dengan lama kala II persalinan kategori normal sebanyak 4 orang 13% dan kategori lebih lama persalinannya sebanyak 26 orang 87%. Hasil uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa ada pengaruh posisi mengedan dengan lama kala II persalinan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai P value0,000 < α = 0, KusumawardaniSri HandayaniLatar Belakang Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2012 menjadi Kabupaten dengan angka kematian bayi AKB tertinggi di Provinsi Jawa tengah. Dalam lima tahun terakhir angka kematian bayi sudah mengalami penurunan namun belum signifikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik ibu dan beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian bayi di kabupaten Banjarnegara. Metode Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan kasus kontrol dengan jumlah kelompok kasus 47 ibu dan kelompok kontrol 47 ibu. Sampel diambil secara purposive dengan kriteria inklusi kelompok kasus yaitu ibu yang mempunyai bayi meninggal sebelum berusia 24 hari di tahun 2017 dan tercatat di puskesmas Punggelan dan pejawaran. Data primer diambil dengan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara tatap muka. Data sekunder diambil dari buku catatan KIA ibu. Data dianalisis dengan menggunakan uji Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian bayi di Kabupaten Banjarnegara adalah komplikasi persalinan, riwayat anemia, berat bayi lahir rendah, asfiksia, kelainan kongenital, dan bayi lahir prematur. Sedangkan umur ibu pengetahuan ibu, Pendidikan ibu, Paritas, Jarak kehamilan, berat badan ibu, lingkar lengan atas ibu, riwayat penyakit kronik ibu, perdarahan, hipertensi, penolong persalinan, tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian kematian bayi. Diharapkan dari hasil penelitian ini petugas kesehatan dapat mencegah faktor risiko yang berhubungan dengan kematian bayi dengan cara menganjurkan dan mengunjungi ibu hamil untuk melakukan ANC tepat waktu dan lengkap termasuk pemberian tablet Fe kepada ibu dan memonitornya melalui petugas surveilance Kunci kematian bayi, faktor risiko, karakteristik ibu hamilWidyah SetyowatiMursini MursiniLatar Belakang Support system yang diberikan kepada ibu menjelang persalinan sangat mendukung dalam menurunkan tingkat kecemasan pada ibu pada saat persalinan. Keuntungan pendamping persalinan oleh keluarga dapat mengurangi rasa cemas, mempercepat proses persalinan, menghindari komplikasi-komplikasi pada persalinan, mengurangi nilai score APGAR < 7 pada bayi baru lahir sehingga menghindari bayi asfeksia, waktu yang di butuhkan dalam proses persalinan semakin pendek, kepuasan ibu semakin meningkat dalam pengalaman melahirkan, persalinan yang diakhiri dengan vacuum ekstraksi, fosceps, dan secsio cesaria semakin menurun. Tujuan Mengetahui hubungan pendampingan keluarga dengan lama proses persalinan kala I di Puskesmas Karangdoro Kota Semarang. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan jenis penelitian deskriptif analitik. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 39 responden, menggunakan teknik sampel Total populasi yaitu semua ibu Primipara yang bersalin di puskesmas Karangdoro Semarang sebanyak 39 responden. Analisa yang digunakan univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil Sebagian besar ibu dalam proses persalinan kala I mendapatkan pendampingan keluarga yang baik selama proses persalinan kala 1 sebanyak 24 72,7% responden; Sebagian besar ibu mengalami proses persalinan kala 1 cepat sebanyak 21 63, 6% responden; Ada hubungan yang bermakna antara pendampingan keluarga dengan lama proses persalinan di Puskesmas Karangdoro Semarang dengan nilai continuity correction sebesar 3,275 dengan p value fisher exact sebesar 0,044 < 0,05. Simpulan Ada hubungan yang bermakna antara pendampingan keluarga dengan lama proses persalinan di Puskesmas Karangdoro Semarang. Masyarakat diharapkan menambah wawasan tentang pendampingan keluarga pada proses persalinan kala I, sehingga masyarakat tidak merasa tabu dan takut dalam mendampingi persalinan kala I pada ibu Belakang Support system yang diberikan kepada ibu menjelang persalinan sangat mendukung dalam menurunkan tingkat kecemasan pada ibu pada saat persalinan. Keuntungan pendamping persalinan oleh keluarga dapat mengurangi rasa cemas, mempercepat proses persalinan, menghindari komplikasi-komplikasi pada persalinan, mengurangi nilai score APGAR < 7 pada bayi baru lahir sehingga menghindari bayi asfeksia, waktu yang di butuhkan dalam proses persalinan semakin pendek, kepuasan ibu semakin meningkat dalam pengalaman melahirkan, persalinan yang diakhiri dengan vacuum ekstraksi, fosceps, dan secsio cesaria semakin menurun. Tujuan Mengetahui hubungan pendampingan keluarga dengan lama proses persalinan kala I di Puskesmas Karangdoro Kota Semarang. Metode Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan jenis penelitian deskriptif analitik. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 39 responden, menggunakan teknik sampel Total populasi yaitu semua ibu Primipara yang bersalin di puskesmas Karangdoro Semarang sebanyak 39 responden. Analisa yang digunakan univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil Sebagian besar ibu dalam proses persalinan kala I mendapatkan pendampingan keluarga yang baik selama proses persalinan kala 1 sebanyak 24 72,7% responden; Sebagian besar ibu mengalami proses persalinan kala 1 cepat sebanyak 21 63, 6% responden; Ada hubungan yang bermakna antara pendampingan keluarga dengan lama proses persalinan di Puskesmas Karangdoro Semarang dengan nilai continuity correction sebesar 3,275dengan p value fisher exact sebesar 0,044 < 0,05. Simpulan Ada hubungan yang bermakna antara pendampingan keluarga dengan lama proses persalinan di Puskesmas Karangdoro diharapkanmenambah wawasan tentang pendampingan keluarga pada proses persalinan kala I, sehingga masyarakat tidak merasa tabu dan takut dalam mendampingi persalinan kala I pada ibu DitaningtiasAgus Sulistiyono Rachmah IndawatiTujuan Menganalisis 28 faktor risiko ditambah dengan 4 faktor risiko dari register kohort ibu, yang dominan mengakibatkan peningkatan skor Poedji Rochjati atau peningkatan kategori dan Metode Ini adalah penelitian data sekunder secara cross sectional yang dilakukan pada bulan Agustus â November 2014, menggunakan data dari register kohort ibu tahun 2009 â 2013 wilayah Kerja Puskesmas Kebonsari Kabupaten Madiun. Teknik pengumpulan data adalah menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati yang skornya sudah ada pada register kohort ibu. Populasi adalah semua ibu hamil yang ada pada register kohort ibu Puskesmas Kebonsari tahun 2009 â 2013. Sampel diambil dengan rumus penghitungan sampel penelitian survey cross sectional secara proporsi dan sesuai dengan kriteria inklusi sejumlah 147 ibu Dari 32 faktor risiko yang dianalisis, hanya 8 yang mempunyai pengaruh meningkatkan skor Poedji Rochjati, dan hanya 1 yang bermakna secara statistik yaitu kurang darah anemia. Dari 8 faktor risiko, anemia adalah faktor risiko terbesar yang mempu meningkatkan skor Poedji Rochjati seorang ibu hamil sepanjang kehamilannya. Berikut nilai ke depalan faktor risiko tersebut anemia 6,737, jumlah Ante Natal Care 3,474, terlalu banyak anak 1,261, terlalu cepat hamil lagi 1,167, terlalu tua 1,146, pernah gagal kehamilan 1,114, Indeks Massa Tubuh 1,107, terlalu lama hamil lagi 1,051.Simpulan Ibu hamil dengan anemia mempunyai risiko sebesar 6,737 kali untuk mengalami peningkatan skor dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak MarwiyahFitria SufiKualitas tidur pada ibu hamil sangat penting untuk kesehatan ibu dan janin. Penyebab gangguan pola tidur ibu hamil karena bertambahnya berat janin, sesak nafas, pergerakan janin dan nyeri punggung, untuk mengatasi hal tersebut diperlukannya senam hamil untuk meningkatkan relaksasi pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian senam hamil terhadap kualitas tidur ibu hamil. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Ekperiment Design dengan rancangan Pretest dan posttest without control dengan populasi 14 responden yang diambil dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI kemudian di analisis dengan mengunakan Uji T dependen. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas tidur ibu hamil sebelum melakukan senam hamil nilai mean dan setelah pemberian senam hamil nilai mean p= dengan demikian ada pengaruh senam hamil terhadap kualitas tidur ibu hamil trimester II dan III. Dengan demikian di harapkan untuk kedepannya ibu hamil dapat mengikuti program senam hamil dengan Usia dan Pekerjaan Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Inkompletus di RS Haji Medan TahunS AisyahAisyah, S. 2015. Hubungan Usia dan Pekerjaan Ibu Hamil Dengan Kejadian Abortus Inkompletus di RS Haji Medan Tahun 2015. Jurnal Bidan Delima, 4. 1-9.
D Asuhan kebidanan pada BBL Asuhan kebidanan (kunjungan ke I) Tanggal/jam pengkajian: 19 April 2012/jam 11.30 WIB Tempat: Rumah pasien 1. Data subjektif a. Ibu mengatakan bayinya sudah menyusu tapi suka rewel sehingga ibu memberikan madu pada bayi. b. Ibu mengatakan membungkus tali pusat bayi dengan kassa betadine 2. Data objektif a. Data Umum
Menurut Rohani dkk 2011 inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm pembukaan lengkap. Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten 8 jam dimana serviks membuka sampai 3 cm dan aktif 7 jam dimana serviks membuka antara 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada pemulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient ibu yang sedang bersalin masih dapat berjalan-jalan. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kunve Friedman, diperhitungkan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan Sulasetyawati dan Nugraheny, 2010, hlm. 7. Menurut Friedmen, fase percepatan memulai fase persalinan dan mengarah ke fase lengkung maksimal adalah waktu ketika pembukaan serviks terjadi paling cepat dan meningkat dari tiga sampai empat sentimeter sampai sekitar 8 sentimeter. Pada kondisi normal kecepatan pembukaan konstanta, rata-rata tiga sentimeter per jam, dengan kecepatan maksimal tidak lebih dari 1,2 sentimeter per jam pada nulipara. Pada multipara, kecepatan rata-rata pembukaan selama fase lengkung maksimal 5,7 sentimeter per jam. Fase perlambatan adalah fase aktif. Selama waktu ini, kecepatan pembukaan melambat dan serviks mencapai pembukaan 8 sampai 10 sentimeter sementara penurunan mencapai kecepatan maksimum penurunan rata-rata nulipara adalah 1,6 sentimeter per jam dan normalnya paling sedikit 1,0 sentimeter per jam. Pada multipara, kecepatan penurunan rata-rata 5,4 sentimeter per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 sentimeter per jam Varney, 2004, hlm. 679. Menurut Sulistyawati dan Nugraheny 2010, hal. 75 asuhan-asuhan kebidanan pada kala I yaitu Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf; Pemantauan terus-menerus vital sign; Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi; Pemberian hidrasi bagi pasien; Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan posisi dan ambulansi; Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman; Memfasilitasi dukungan keluarga. b. Kala II Pengeluaran Janin Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada akhir kala I atau pembukaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadang-kadang pada permulaan kala II wanita tersebut mau muntah atau muntah disertai rasa ingin mengedan kuat. His akan lebih timbul sering dan merupakan tenaga pendorong janin pula. Di samping itu his, wanita tersebut harus dipimpin meneran pada waktu ada his. Di luar ada his denyut jantung janin harus diawasi Wiknjosastro, 1999, Menurut Wiknjosastro 2008, gejala dan tanda kala II persalinan adalah Ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi; Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya; Vulva-vagina dan sfingter ani membuka; Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah. Penatalaksanaan Fisiologis Kala II Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakan peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu meneran sesuai dorongan alamiahnya dan beristirahat di antara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan proses kelahiran berlangsung. Ibu akan meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih, tiga sampai empat kali perkontraksi Sagady, 1995. Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau valsava manuver. Meneran dengan cara ini berhubungan dengan kejadian menurunnya DJJ dan rendahnya APGAR. Asuhan Kala II Persalinan Menurut Rohani dkk 2011, hlm. 150 asuhan kala II persalinan merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu; Evaluasi kontinu kesejahteraan janin; Evaluasi kontinu kemajuan persalinan; Perawatan tubuh wanita; Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta keluarga; Persiapan persalinan; Penatalaksanaan kelahiran; Pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan. c. Kala III Pengeluaran Plasenta Partus kala III disebut pula kala uri. Kala III ini, seperti dijelaskan tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II. Kelainan dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap. Terdapat dua tingkat pada kelahiran plasenta yaitu 1 melepasnya plasenta dari implantasi pada dinding uterus; 2 pengeluaran plasenta dari kavum uteri Wiknjosastro, 1999, hlm. 198. Menurut Sulistyawati dan Nugraheny 2010, hlm. 8 lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut Uterus mulai membentuk bundar; Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim; Tali pusat bertambah panjang; Terjadi perdarahan. Perubahan Fisiologis Kala III Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah lepass, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina Rohani dkk, 2011, hlm. 8. Penatalaksanaan Fisiologis Kala III Penatalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian oksitosin segera setelah lahir bahu anterior, mengklem tali pusat segera setelah pelahiran bayi, menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta Varney, 2007, hlm. 827. Menurut Wiknjosastro 2008 langkah pertama penatalaksanaan kala III pelepasan plasenta adalah Mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melakukan masase. Bila plasenta belum lepas tunggu hingga uterus bekontraksi. Apabila uterus bekontraksi maka tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan. Setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung. f Karena selaput ketuban mudah sobek, pegang plasenta dengan keua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terilinmenjadi satu. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban. Asuhan Persalinan Kala III Asuhan kala III persalinan adalah sebagai berikut Memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya; Lakukan manajemen aktif kala III; Pantau kontraksi uterus; Berikan dukungan mental pada pasien; Berika informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan pendamping agar proses pelahiran plasenta lancer; Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah perineum d. Kala IV Observasi Setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil masase uterus yang bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Lakukan evaluasi keadaan umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV Wiknjosastro, 2008, hlm. 110. Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny 2010 kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut Tingkat kesadaran pasien Pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. Kontraksi uterus Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc. Asuhan Kala IV Persalinan Menurut Rohani dkk 2011, hlm. 234 secara umum asuhan kala IV persalinan adalah Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2. Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering. Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman. Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk memberikan ASI Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan. Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi Sumber Rohani. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta Salemba Medika. Sulisetyawati, A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta Salemba Medika. Varney, H. 2003. Varney's Midwifery, 4th Ed. 4 ed., Vol. 2. 4, Ed., & L. M. Trisetyati, Trans. Jakarta Buku Kedokteran EGC. Wiknjosastro, G. H. 2008. Buku Acuan Persalinan Normal 5 ed.. Jakarta JNP-KR.
1 Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan 2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan 3. Menjelaskan proses adaptasi fisiologi dan psikologi dalam masa persalinan 4. Menyebutkan kebutuhan dasar ibu dalam proses persalinan 5. Menjelaskan asuhan persalinan kala I 6. Menjelaskan asuhan ibu bersalin
Menurut Rohani dkk 2011 inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah alasannya yaitu serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis alasannya yaitu pergeseran-pergeseran saat serviks mendatar dan membuka. Kala I yaitu kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm pembukaan lengkap. Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten 8 jam dimana serviks membuka hingga 3 cm dan aktif 7 jam dimana serviks membuka antara 3-10 cm. Kontraksi lebih besar lengan berkuasa dan sering terjadi selama fase aktif. Pada pemulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu besar lengan berkuasa sehingga parturient ibu yang sedang bersalin masih dapat berjalan-jalan. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kunve Friedman, diperhitungkan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan Sulasetyawati dan Nugraheny, 2010, hlm. 7. Menurut Friedmen, fase percepatan memulai fase persalinan dan mengarah ke fase lengkung maksimal yaitu waktu saat pembukaan serviks terjadi paling cepat dan meningkat dari tiga hingga empat sentimeter hingga sekitar 8 sentimeter. Pada kondisi normal kecepatan pembukaan konstanta, rata-rata tiga sentimeter per jam, dengan kecepatan maksimal tidak lebih dari 1,2 sentimeter per jam pada nulipara. Pada multipara, kecepatan rata-rata pembukaan selama fase lengkung maksimal 5,7 sentimeter per jam. Fase perlambatan yaitu fase aktif. Selama waktu ini, kecepatan pembukaan melambat dan serviks mencapai pembukaan 8 hingga 10 sentimeter sementara penurunan mencapai kecepatan maksimum penurunan rata-rata nulipara yaitu 1,6 sentimeter per jam dan normalnya paling sedikit 1,0 sentimeter per jam. Pada multipara, kecepatan penurunan rata-rata 5,4 sentimeter per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 sentimeter per jam Varney, 2004, hlm. 679. Menurut Sulistyawati dan Nugraheny 2010, hal. 75 asuhan-asuhan kebidanan pada kala I yaitu Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf; Pemantauan terus-menerus vital sign; Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi; Pemberian hidrasi bagi pasien; Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan posisi dan ambulansi; Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman; Memfasilitasi sumbangan keluarga. b. Kala II Pengeluaran Janin Kala II mulai jikalau pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada selesai kala I atau pembukaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadang-kadang pada permulaan kala II wanita tersebut mau muntah atau muntah disertai rasa ingin mengedan kuat. His akan lebih timbul sering dan merupakan tenaga pendorong janin pula. Di samping itu his, wanita tersebut harus dipimpin meneran pada waktu ada his. Di luar ada his denyut jantung janin harus diawasi Wiknjosastro, 1999, Menurut Wiknjosastro 2008, gejala dan tanda kala II persalinan adalah Ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi; Ibu mencicipi adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya; Vulva-vagina dan sfingter ani membuka; Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah. Penatalaksanaan Fisiologis Kala II Penatalaksanaan didasarkan pada prinsip bahwa kala II merupakan peristiwa normal yang diakhiri dengan kelahiran normal tanpa adanya pembukaan sudah lengkap, anjurkan ibu meneran sesuai dorongan alamiahnya dan beristirahat di antara dua kontraksi. Jika menginginkan, ibu dapat mengubah posisinya, biarkan ibu mengeluarkan bunyi selama persalinan dan proses kelahiran berlangsung. Ibu akan meneran tanpa henti selama 10 detik atau lebih, tiga hingga empat kali perkontraksi Sagady, 1995. Meneran dengan cara ini dikenal sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau valsava manuver. Meneran dengan cara ini bekerjasama dengan kejadian menurunnya DJJ dan rendahnya APGAR. Asuhan Kala II Persalinan Menurut Rohani dkk 2011, hlm. 150 asuhan kala II persalinan merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu; Evaluasi kontinu kesejahteraan janin; Evaluasi kontinu kemajuan persalinan; Perawatan badan wanita; Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta keluarga; Persiapan persalinan; Penatalaksanaan kelahiran; Pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan. c. Kala III Pengeluaran Plasenta Partus kala III disebut pula kala uri. Kala III ini, menyerupai dijelaskan tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II. Kelainan dalam memimpin kala III dapat menimbulkan maut alasannya yaitu perdarahan. Kala uri dimulai semenjak dimulai semenjak bayi lahir lengkap hingga plasenta lahir lengkap. Terdapat dua tingkat pada kelahiran plasenta yaitu 1 melepasnya plasenta dari implantasi pada dinding uterus; 2 pengeluaran plasenta dari kavum uteri Wiknjosastro, 1999, hlm. 198. Menurut Sulistyawati dan Nugraheny 2010, hlm. 8 lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut Uterus mulai membentuk bundar; Uterus terdorong ke atas, alasannya yaitu plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim; Tali sentra bertambah panjang; Terjadi perdarahan. Perubahan Fisiologis Kala III Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta alasannya yaitu daerah implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh alasannya yaitu itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepas dari dinding uterus. Setelah lepass, plasenta akan turun ke episode bawah uterus atau episode atas vagina Rohani dkk, 2011, hlm. 8. Penatalaksanaan Fisiologis Kala III Penatalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian oksitosin segera setelah lahir pundak anterior, mengklem tali sentra segera setelah pelahiran bayi, menggunakan traksi tali sentra terkendali untuk pelahiran plasenta Varney, 2007, hlm. 827. Menurut Wiknjosastro 2008 langkah pertama penatalaksanaan kala III pelepasan plasenta adalah Mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu. Pindahkan klem pada tali sentra sekitar 5-10 cm dari vulva, satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melaksanakan masase. Bila plasenta belum lepas tunggu hingga uterus bekontraksi. Apabila uterus bekontraksi maka tegangkan tali sentra ke arah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali sentra makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas mengambarkan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan. Setelah plasenta lepas anjurkan ibu untuk meneran semoga plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Lahirkan plasenta dengan mengangkat tali sentra ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung. f Karena selaput ketuban mudah sobek, pegang plasenta dengan keua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terilinmenjadi satu. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban. Asuhan Persalinan Kala III Asuhan kala III persalinan yaitu sebagai berikut Memberikan kebanggaan kepada pasien atas keberhasilannya; Lakukan administrasi aktif kala III; Pantau kontraksi uterus; Berikan sumbangan mental pada pasien; Berika gosip mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan pendamping semoga proses pelahiran plasenta lancer; Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan badan episode bawah perineum d. Kala IV Observasi Setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil masase uterus yang bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan sentra sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Lakukan evaluasi keadaan umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV Wiknjosastro, 2008, hlm. 110. Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny 2010 kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan yaitu sebagai berikut Tingkat kesadaran pasien Pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. Kontraksi uterus Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jikalau jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc. Asuhan Kala IV Persalinan Menurut Rohani dkk 2011, hlm. 234 secara umum asuhan kala IV persalinan adalah Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus hingga menjadi keras. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2. Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering. Biarkan ibu beristirahat dikarenakan telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman. Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan relasi ibu dan bayi. Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat sempurna untuk memperlihatkan ASI Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan. Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda ancaman ibu dan bayi Sumber Rohani. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta Salemba Medika. Sulisetyawati, A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta Salemba Medika. Varney, H. 2003. Varney's Midwifery, 4th Ed. 4 ed., Vol. 2. 4, Ed., & L. M. Trisetyati, Trans. Jakarta Buku Kedokteran EGC. Wiknjosastro, G. H. 2008. Buku Acuan Persalinan Normal 5 ed.. Jakarta JNP-KR.
Pemantauantanda vital ibu antara lain tekanan darah,denyut jantung,dan pernafasan dilakukan selama kala IV persalinan dimulai setelah kelahiran placenta. Seterusnya kemudian dievaluasi lagi setiap 15 menit sekali hingga keadaannya stabil seperti pada persalinan,atau jika ada indikasi perlu dimonitor lebih sering lagi.Menurut definisi WHO kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan atau sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan Sarwono, 2005. Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di Negara berkembang terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, komplikasi, keguguran, terlalu sering melahirkan atau banyak mempunyai anak Depkes RI, 2003. Penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan Antenatal care/ ANC yang memadai GOI dan UNICEF, 2000. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2015 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 15 per kelahiran hidup Saifuddin, 2006. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI tahun 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu AKI sebesar 228/ kelahiran hidup sedangkan Angka Kematian Bayi AKB sebesar 43/ kelahiran hidup, dimana angka tersebut masih tinggi jika dibandingkan dengan AKB di negara ASEAN lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan ibu dan anak sangat mendesak untuk ditingkatkan termasuk untuk mencegah terjadinya wabah penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Masalah kesehatan ibu di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian utama karena mempunyai dampak berat terhadap kualitas generasi yang akan datang.setelahdilakukan massase pada punggung bagian bawah. Ibu bersalin 2 pada pembukaan 6cm mempersepsikan nyeri dengan angka 6 dan nyeri menurun menjadi angka 4, dan pada ibu bersalin 3 pada pembukaan 4cm mempersepsikan nyeri dengan angka 5 dan nyeri menurun menjadi angka 4. Nyeri pada kala 1 terutama ditimbulkan oleh stimulus yang
ABSTRACT MIDWIFERY CARE ON NORMAL LABOR TO MRS. "S" GIVP30003 39TH WEEKS AGE OF PREGNANCY WITH ACTIVE PHASE IN FIRST STAGE BY COUNTER PRESSURE MASSAGE IN CLINICAL PRACTICE OF HJ. TUTIK RIF'ATUN NIâMAH, SST, Psi KEBOAN VILLAGE, NGUSIKAN DISTRICT JOMBANG 2015 Name Nurul Jannatul Wahidah NIM 7212079 Main of Supervisor Ninik Azizah, Assistant of Supervisor Helmy Annuchasary, SKM. Maternal Mortality Rate MMR is one of the indicators to see the magnitude of women health status. In BPM Rif'atun Ni'mah, SST, their were 146 mothers in labor, and 13% 19 people of it were brought to the hospital. The main cause is prolonged labor with amount 5 people as a result of maternal anxiety on their pain. So based on research done by Ida Maryati, et al the author would like to give a comfortness by doing Midwifery Care on Normal Labor to GIVP3A0 39th Weeks Age of Pregnancy With Active Phase in First Stage by Counter Pressure Massage in Clinical Practice of Rifâatun Niâmah, SST, Keboan Village, Ngusikan District Jombang 2015. Methods of obtaining this paper are by increasing the literature and case studies that follow the standard of midwifery care. Standard of midwifery care are started from the assessment, thatâs subjective and objective assessment, diagnose and problem, intervention, implementation, evaluation, and reporting the midwifery care to give the comfortless of labor woman. The results of midwifery care that has been done shows that maternal with the active phase in first stage which has a pretty high pain scale can relax , no stress, and pain scale is reduced when given massage to her by counter pressure when she had her contraction . It can be concluded that by providing a counter pressure massage and midwifery care comprehensive can provide comfort and relax to the maternal. Keywords AKI, Counter Pressure, Pain Scale, Comprehensive Care
Memberikankonseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. 4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan) a. Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang dialaminya. b. Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini.22 3
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin KALA I Tanggal 18-12-2010 jam WIB Tempat BPS Bd. Juju, Sumedang 1. Data subjektif a. Biodata - Nama Ibu Ny. R - Umur 20 tahun - Agama Islam - Pendidikan SMP - Pekerjaan tidak bekerja - Alamat hurip RT. 03 RW. 08 kaler Kec. Sumedang Utara - Suami - Umur 36 tahun - Agama Islam - Pendidikan SMA - Pekerjaan Wiraswasta - Alamat hurip RT 03 RW 08 Kaler Kec. Sumedang Utara b. Riwayat Kehamilan Sekarang HPHT 20-01-2010 ibu merasa hamil 8 bulan,kehamilan ini merupakan kehamilan yang pertama. Selama ini memeriksakan kehamilan di bidan. Telah mendapat tablet penambah darah sebanyak 90 tablet,dikonsumsi secara teratur sehari 1 tablet diminum dengan air putih. Telah d imunisasi TT secara teratur 2x pada umur kehamilan 3 dan 4 bulan. Gerakan janin mulai dirasakan sejak kehamilan umur kurang lebih 5bln dan masih dirasakan sampai sekarang. Obat yang diminum hanya dari bidan. Ibu mengetahui sedikit tentang tanda bahaya pada kehamilan dan mengeluh pegal-pegal pada tangan dan kaki. c. Riwayat kesehatan/penyakit yang di derita Ibu tidak pernah menderita penyakit-penyakit yang berat seperti penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis, ginjal, asma, HIV/AIDS dan penyakit berat lainnya. d. Riwayat sosial ekonomi Pernikahan lamanya kurang lebih satu tahun, ibu sangat bahagia dengan kehamilannya. Sebelum hamil ibu tidak menggunakan KB. Pengambilan keputusan oleh suami. Makan sehari 3 kali, dengan menu nasi, tempe, sayur, telur dan dan buah-buahan jarang dikonsumsi .tidak ada makanan yang di pantang. Tidak punya kebiasaan merokok dan minum minuman keras. Pekerjaan rumah tangga dikerjakan sendiri. Selama kehamilan hubungan seksual tidak ada masalah. Rencana melahirkan di bidan. e. Data Subjektif Ibu datang ke rumah jam WIB. Ibu mengeluh mulai mules-mules sejak jam WIB, disertai keluar lendir campur darah.. jam WIB mules bertambah kuat dari pinggang menjalar ke perut bagian bawah. Gerakan janin masih dirasakan, semalam ibu kurang istirahat, BAK sering, BAB terakhir jam WIB serta makan dan minum terakhir jam WIB. 2. Data Objektif a. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum baik, ibu tampak kesakitan karena his Tanda Vital Tekanan Darah 120/80 mmHg Denyut Nadi 84 /menit Suhu Tubuh 36 °C Pernafasan 20 /menit Abdomen kandung kemih kosong. TFU 34 cm, posisi ounggung kiri, presasentasi kepala, penurunan kepala 2/5, DJJ 140 x/menit, irama reguler. His +, frekuensi 4 x dalam 10 menit lamanya 40 detik b. Pemeriksaan Dalam V/V Tidak ada kelainan Portio Tipis Lunak Pembukaan 4 cm Ketuban Utuh Presentasi Kepala Penurunan Kepala H III+. Ubun-ubun kecil kiri depan, tidak ada bagian yang terkemuka. c. Assesment G1 P0A0 parturien aterm kala I fase aktif, janin tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala. Keadaan ibu dan janin baik. d. Planning Membina kembali hubungan baik ibu dan keluarga Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga Melakukan informed consent Ă ibu menandatanginya. Memantau kemajuan persalinan, keadaan ibu dan janin dengan partograf Ă partograf terlampir Menawarkan pendamping persalinan Ă ibu memilih suaminya Menawarkan posisi yang nyaman sesuai keinginan ibu Ă ibu memilih untuk jalan-jalan dan jongkok bila ada his Memberikan informasi tentang proses persalinan Menawarkan makan atau minum dĂsela his Ă minum ± 100 cc air teh manis Memberikan dukungan mental dan spiritual pada ibu Ă ibu nampak berdoa setiap ada his Mengajarkan dan membimbing teknik relaksasi dĂsela ada his untuk mengurangi rasa nyeri dan menganjurkan ibu untuk istirahat atau bila tidak ada his Ă ibu menarik nafas dan mengeluarkannya dari mulut setiap ada his Menganjurkan pada ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB setiap menginginkan Ă jam WIB ibu BAK urine ± 150 cc Menyiapkan alat partus, alat resusitasi, kelengkapan bayi dan ibu Ă partus set, alat resusitasi bayi, kelengkapan ibu dan bayi sudah lengkap Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala II Tanggal 10 Oktober 2010 Jam WIB Tempat BPS Bd. Juju, Sumedang 1. Data Subjektif Ibu mengatakan mulesnya makin seringdan kuat, ada perasaan ingin mengedan, pinggang terasa sakit dan keluar air-air dari jalan lahir. 2. Data objektif a. Pemeriksaan fisik Keadaan umum Baik Abdomen Palpasi His kuat 5 kali dalam 10 detik Auskultasi DJJ 144 X / menit irama reguler b. Pemeriksaan Dalam V / V Tidak ada kelainan, tampaklendir campur darah Pembukaan Lengkap Ketuban - pecah spontan jam WIB, cairan berwarna jernih Penurunan Kepala H IV, ubun-ubun kecil kiri depan tidak ada bagin yang menumbung 3. Assesment G1 P0A0 parturien aterm kala II fase aktif,keadaan ibu dan janin baik dengan kemajuan persalinan normal. 4. Planning Memberitahukan hasil pemeriksaan padaibu dan keluarga. Menghadirkan pendamping persalinan sesuai dengan keinginan ibu Ă ibu ingi didampingi suaminya. Menawarkan kepada ibu untuk memilih posisi meneran yang nyaman Ă ibu ingin posisi setengah duduk. Membibing meneran pada saat ada HIS dan saat ibu mempunyai dorongan saat meneran. Memberi pujian jika ibu dapat meneran dengan baik. Memberi dukungan moral dan spiritual pada ibu. Menawarkan minum disela HIS Ă ibu minum ± 100 cc air teh manis. Mengecek kembali kelengkapan alat partus set dan kelangkapan lainnya untuk ibu dan bayi Ă partus set dan kelengkapan lainnya lengkap. Menolong persalinan secara APN Ă jam WIB bayi lahir spontan segera menangis jenis kelamin laki-laki. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala III Tanggal 10 oktober 2010 Jam WIB Tempat BPS Bd. Juju. Sumedang 1. Data Subjektif Ibu mengatakan mules 2. Data Objektif Keadaan umum ibu baik, plasenta belum lahir. 3. Assesment P0A0 parturien aterm kala III keadaan umum ibu baik 4. Planning Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga. Memastikan kandung kemih kosong Ă kandung kemih kosong. Memastikan janin tunggal Ă janin tunggal. Melakukan manajemen aktif kala III Memberitahukan ibu akan disuntik Menyuntik Oxytocin 10 IU secara IM Melakukan PTT, dengan menahan uterus kearah dorso cranial Melahirkan plasenta Ă jam WIB placenta lahir secara spontan Pengeluaran darah pervaginam Ă pengeluaran darah ± 300 cc. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala IV Tanggal 10 oktober 2010 Jam WIB Tempat BPS Bd. Juju. sumedang 1. Data Subjektif 2. Data Objektif Jam WIB placenta lahir spontan, pengeluaran darah ± 300 cc 3. Assesment P0A0 parturien aterm kala IV keadaan umum ibu baik 4. Planning Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga Melakukan massage uterus Ă kontraksi uterus baik Memeriksa robekan jalan lahir Ă tidak ada laserasi Mengajarkan ibu dan keluarga cara menilai kontraksi uterus dan cara melakukan massage uterus jika uterus kurang baik Ă respon ibu baik dan mau mengikuti cara untuk melakukan massge. Memantau kontraksi uterus, TFU, pengeluaran pervaginam , kandung kemih dan tanda vital tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua Ă hasil terlampir pada patograf. Membersihkan badan dan mengganti pakaian ibu dengan baju yang bersih dan kering Ă ibu tampak nyaman. Mendekontaminasikan alat-alat partus dalam larutan clorine 0,5 % selama 10 menit lalu memprosesnya. Melaksanakan kontak dini ibu dan bayi dengan mendekap dan menyusui bayi nya Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Mengucapkan selamat pada ibu dan keluarga. Mengajarkan ibu untuk istirahat, makan dan minum.rX6Vp. 209438209351401273432396